Cindy Priadi berhasil meraih gelar doktor di usia 26 tahun di salah satu universitas di Perancis.Kini ia menjadi dosen Teknik Lingkungan di Universitas Indonesia. DEPOK, KOMPAS.com — Pernahkah Anda membayangkan bisa meraih gelar doktor di usia 26 tahun? Cindy Priadi telah meraihnya di usia yang terbilang masih sangat muda. Di usia 26 tahun, ia berhasil menamatkan studi doktoralnya di Universitas Paris-Sud 11, Perancis. Cindy, yang lahir di Bandung, 30 Januari 1984, mengaku sudah sejak lama tertarik dengan kebudayaan Eropa dan isu-isu mengenai lingkungan. Berangkat dari ketertarikan itu dan kemahirannya berbahasa Perancis, pada 2005 ia berkesempatan melanjutkan studi pascasarjana di Universite Paris-Sud 11, Perancis, setelah mendapakan beasiswa dari Pemerintah Perancis melalui Pusat Kebudayaan Perancis di Indonesia. “Target awalnya memang mau lanjut S-2 di luar negeri. Jadi, setelah lulus dari ITB, saya tidak langsung mencari kerja,” kata Cindy saat ditemui Kompas.com di sela-sela kesibukannya di Depok, Jawa Barat, Rabu (28/9/2011). Dalam program masternya, Cindy mengambil program studi Ilmu Lingkungan dengan tesis berjudul “Caracterisation des Phases Porteuses: Metaux Particulaires en Seine” dan berhasil menyelesaikannya pada 2007. Semula, Cindy mengaku tidak pernah berpikir jika kemudian tesis itulah yang mengantarnya meraih gelar doktor. Ia mengisahkannya, tesis pascasarjananya adalah sebuah penelitian mengenai logam berat yang terkandung di dalam Sungai Seine, Perancis. Secara mendalam ia meneliti perilaku logam yang terkandung dalam aliran sungai tersebut untuk kemudian mencari tahu interaksi dan dampaknya. Di tengah akan menyelesaikan tesis pascasarjananya, Pemerintah Perancis dan sebuah lembaga penelitian di Perancis tertarik untuk membiayai keberlanjutan penelitiannya di jenjang S-3. Saat menempuh S-3, ia mengambil program studi Geokimia Lingkungan di universitas yang sama. Seluruh biaya penelitian dan biaya hidup Cindy ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Perancis dan lembaga penelitian tersebut. “Tesis S-2 saya dijadikan proyek resmi oleh sebuah badan penelitian di Perancis sehingga mendapatkan pendanaan selama tiga tahun untuk penelitian saya. Yang membiayai penelitian saya adalah pengelola Sungai Seine atau semacam Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia. Mereka tertarik dengan penelitian saya karena ingin mengetahui kadar air di sungai tersebut serta untuk keperluan membuat instalasi dan pengelolaan air sungai dalam jangka panjang,” katanya. Ketika disebut sebagai doktor termuda di Indonesia, Cindy menolaknya. Menurut dia, semua orang pasti bisa meraih seperti apa yang didapatkannya. Hanya saja, ia menekankan, yang perlu diperhitungkan adalah kemauan dan menetapkan prioritas, apakah melanjutkan studi atau mencari pekerjaan. “Menyelesaikan S-3 sebenarnya bukan target hidup. Saya lebih memilih melanjutkan studi karena merasa tidak dikejar apa pun. Dalam arti, saya melanjutkan studi dari beasiswa, dan menurut saya beasiswa adalah sebuah penghasilan,” ujarnya. Setelah menamatkan studinya, Cindy kini menekuni profesi sebagai dosen di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia. Sesekali, ia meluangkan waktunya untuk mengikuti kursus tari balet. Ke depannya, ia ingin meraih gelar profesor. Dengan kapasitas yang ia miliki saat ini dan di waktu yang akan datang, ia beharap dapat memberikan banyak gagasan kepada masyarakat Indonesia. “Saya tidak terlalu peduli dengan gelar, tetapi dengan gelar profesor saya akan lebih berkapasitas, dan lebih berpengaruh menyampaikan gagasan. Saya berambisi ingin berguna untuk orang banyak,” kata Cindy. sumber: Kompas |
Read More ..